Sabtu, 22 April 2017

Tentang perjalan dan tentang Cinta



Empat tahun kini berjalan,kita masih di semester yang sama,kelas yang sama dan berteman pun masih iya meski aku rasa sekarang kita ada space dalam realitanya. Aku masih diam-diam memperhatikannya,dibalik beberapa punggung teman untuk sekedar melihat senyumnya dan leluconnya yang tiap kesempatan membuatku ikut tertawa. Aku masih saja gelisah kala dia tak hadir dalam kelas kuliah hari ini, aku masih saja ingin chat dia  untuk sekedar menanyakan “kuliah gak hari ini?” aku masih saja khawatir di kala dia sakit yang di ungkapkan dalam status bbm atau whatsapp dan aku masih saja stalking sosmed nya dan meninggakan emotikon hati disana berharap sekali hati yang sekedar emoticon bisa dia balas dengan hati tulus yang dia punya.Aku masih dengan jelas memperhatikanmu dikala maju ke depan kelas untuk mempresentasikan tugas dan entah akhir-akhir ini aku terlihat aktif bertanya untuk sekedar berdebat soal materi presentasinya.
 Aku masih ingat dengan jelas tiga tahun yang lalu saat aku pertama kali melihat dan mengenalnya, waktu itu dia datang dengan santai memakai baju kota-kotak warna biru celana komprang warna coklat susu memakai tas ransel warna abu2 dan memakai sandal ala gunung. Kelas sudah dimulai hari itu dan dia menjadi perhatian orang-orang di dalam kelas, dia bersalaman dengan dosen dan kemudian duduk di bangku belakangku bersama mas wiwid (cowok yang pertama aku kenal di kampus yang menjadi teman seklas juga). Selam pelajaran berlangsung mas wiwid sesekali menyolek lenganku untuk sekedar bertanya dan disaat itulah dia pula mengajakku mercengkrama sekedar menanyakan kerjaan dan keseharian. Siang itu ada jadwal 3 mata kuliah tetapi pada jam kedua dosen tidak bisa hadir sehingga kami (aku,mas wiwid,mr azm,dan kiki) untuk sekedar mencari minum di alun-alun. Sepulang dari sana mas wiwid tiba-tiba berbisik kepadaku “azm bilang kalau dia nyambung sama kamu ndug”dan Aku jatuh cinta untuk pertama kali kepadanya, semenjak itu kami berempat menjadi bersahabat dengan cinta yang diam-diam tumbuh dihatiku sebelum akhirnya kita bertemu dengan teman baru bernama bang mumu di semester 2. Waktu semester 1 bang mumu sangatlah pendiam dan tak banyak bergaul dengan teman sekelas dia lebih tertutup, jam kuliah selesai dia langsung bergegas keluar kelas.
 Aku berhasil menyembunyikan perasaanku dari teman-teman tetapi tidak dengan kiki, kiki mengatahui perasaanku walaupun aku tak pernah cerita kepadanya. Dia angat yakin kalau sikap baikku kepada azm menyimpan sebuah rasa. Memang benar aku selalu diam-diam mengerjakan tugas-tugasnya, karena aku tau dia tak mungkin mengerjakankan tugas kuliah karena kesibukannya menjadi guru yang sangat menyita waktu.
Semester 4 merupakan moment yang menyenangkan dan berkesan sekali, waktu itu pengumpulan tugas kuliah PKM merupakan hari terakhir pengumpulan sedangkan dosen tak mau menerima alasan apapun untuk tidak mengumpulkan sehingga ketua kelas mempunyai inisiatif untuk mengumpulkan sendiri kerumah dosen yang rumahnya di malang. Dengan berbekal keberanian kami (ketua kelas,febi,mifta,mas wiwid,saya,yuni,azm,bang mumu) berangkat malam hari pukul 20.00. setiap perjalan tidak selamanya sesuai dengan rencana dan prediksi, motor febi mengalami ban bocor sehingga kami harus menunggu di sebuah warung kopi pinggir jalan. Terlihat sekali teman-teman merasa mengantuk, sementara mas wiwid yang menaiki motor laki membonceng diriku dengan gaya khas ridernya. Posisi motor mas wiwid yang terlalu menurun menyulitkanku untuk duduk dengan nyaman, sementara tepat dibelakngku motor yang dikendarai bang mumu dan azm memperhatikan ku yang sedang memeluk mas wiwid. Sebenarnya itu hanya aku mengantuk dan takut terjatuh sehingga memeluk mas wiwid dan untung saja ada tas di punggungnya. Akhirnya sampalah kita di rumah pak dosen pukul 01.00 dini hari dimana pak dosen sedang terjaga dalam tidurnya. Sembari bercengkrama ku lihat dia sedang tertidur lelap dengan kresek di kakiny, menurutnya biar dia tidak merasa kedinginan. Akhirnya kita pulang sekitar 03.00 udara malang sangat dingin dan kita sudah merasa lelah sekali sehingga kita memutuskan untuk ngopi sejenak di bawah flyover malang kota baru sembari menghilangkan kantu dan melepas penat. Perjalan pulang mas wiwid hampir saja menabrak sebuah bus yang berhenti di depannya dan itu membuatku sangat shock, dan akhirnya kita memutuskan untuk berhenti di sebuah masjid di daerah sengon/purwosari untuk melaksanakan solat subuh. Udara masih saja sangat dingin sepertinya subuh kala itu membuat mentari malu-malu untuk memperlihatkan sinar hangatnya. Mas wiwid memutuskan untuk berboncengan dengan bang mumu sedangkan aku harus berboncengan dengan azm. Hati ini semakin berdebar kala dia memperbolehkan tanganku masuk di sela-sela kedua kantong jaketnya
. “mister aku kedinginan,bolehkah tanganku masuk ke dalam kantong jaketmu?” ujarku sembari menggigil. “boleh silahkan neng”jawabnya dengan lembut. Hangat, entah karna jaketnya yang memang hangat atau pelukan itu membuatku nyaman. Pengalaman itu tidak bisa ku hilangkan dari memori karena itu sangat berkesan dalam cerita cinta diam-diamku pada azm.

Dan pada akhirnya kiki dan juga bang mumu mengetahui perasaanku, aku berpesan agar jangan sampai azm mengetahuinya karena aku tak ingin persahabatandan kedekatan kita akan menjadi rusak karena persaan cinta yang ku miliki. Di semester 5 hubungan kita perlahan berjarak, ku ketahui dia memiliki pacar seorang gadis cantik dari banyuwangi yang berkuliah di Malang. Dan azm berencana untuk segera meminangnya, hatiku berasa patah dan perasaanku sedih bang mumu dan kiki memberikan semangat, dan Azm punya perasaan tidak enak  kepadaku kita pun tak seperti dulu.
Tidak hanya kemarin namun disaat kuliah libur ingin rasanya aku selelu bertemu dengannya, melihat lesung pipit disetiap senyumnya,candaannya yang sellu membuatku tertawa,kecintaan kita yang sama-sama mengidolakan sharukhan dan deepika padukone, kesukaan kita dengan film2 yang sama2 kita suka. Sesekali kita saling membalas chat di bbm, walau pada kenyataanya kita tidak pernah ngobrol seperti sedia kala.
Mengingat sebentar lagi aku melangkah pada perjalanan cintaku yang sebenarnya, tidak untuk melupakan azm dan kenangannya melainkan menyembunyikan potongan hati azm di hatiku yang mungkin orang lain tidak pernah mengetahuinya. Aku selalu menjadi penggemar rahasianya, mencintainya dalam diam, dan mendoakan yang terbaik untuk kehidupannya dengan wanita yang ia cintai dan itu bukanlah diriku.
Semoga dengan cerita baruku nanti akan membuat semuanya lebih baik tanpa mengharap cinta yang tak pasti bisa menerima, cinta itu persahabatan dan persahabatan di dalamnya pasti ada sebuah cinta. Iam still remember you mr Azm J seperti aku yang selalu merindukan sakura berkembang untuk melihat sakura mekar yang memberika warna di musim semi bahagia. #AZM10





SEMESTER 4                                  SEMESTER 2

Jumat, 21 April 2017

tentang senja



                                                Senja Di Pelupuk Mata
            Farah masih duduk santai di taman kecil belakang kampus sembari membaca Novel kesukaan dan membawa beberapa buku mata pelajaran kuliah, dan waktu itu Farah menunggu jam mata kuliah selanjutnya. Farah merupakan mahasiswi berhijab dan berkacamata semester 3 jurusan Bahasa Indonesia di salah satu kampus ternama di kota. Farah tergolong mahasiswi pendiam di kelasnya, dia jarang sekali bergaul dengan teman-temannya namun Farah cukup ramah setiap kali berpapasan dengan teman-temannya di satu kesempatan. Farah cukup antusias mengikuti kegiatan kampus yang berkenaan dengan bedah buku, atau seminar yang bermanfaat. Kutu buku itulah panggilan beberapa orang temannya kepada Farah, meskipun begitu Farah tak pernah marah dan menerimanya.
            Farah melihat jam tangannya dan bergegas membereskan buku yang ia letakkan di sampingnya, disaat terburu-buru Farah tidak sengaja menabrak seseorang di depannya membuat buku yang dia pegang jatuh berserakan.
“maaf-maaf saya tidak sengaja”. Ujar Farah sembari membereskan bukunya yang disusul sesorang tersebut ikut membatu membereskan.
“ah tidak apa-apa, gue yang salah”. Balas seseorang tersebut. Sembari membenarkan kacamata Farah mengucapkan terima kasih dan berlalu.
Tanpa disadari buku catatan Farah tertinggal disana, dan sesorang tersebut mengambilnya “FARAH DISYA, nama yang bagus”. Kata seseorang tersebut.
            Rezka adalah mahasiswa ganteng yang menjadi playboy kampus  semester akhir kejuruan Informatika. Dia menjadi idaman mahasiswi di kampus tersebut, selain itu Rezka adalah pacar dari Naya mahasiswi cantik dan kaya di kejuruan yang sama. Untuk ukuran Farah yang kuper dan cupu sepertinya tidak mungkin dilirik oleh Rezka. Buku catatan Farah kemudian Rezka letakkan diatas tutup tempat sampah tanpa memperdulikan apakah nanti Farah mencarinya atau bahkan dibuang oleh mahasiswa lainnya, namun seorang cowok bernama Fajar  melihatnya ketika dia hendak membuang bungkus makanan. Setelah melihat sampul depannya Fajar berniat untuk mengambil dan megembalikan buku catatan tersebut kepada pemiliknya. Fajar merupakan mahasiswa ganteng dan ramah semester 7 jurusan Ekonomi. Saking ramahnya ke semua orang ada saja beberapa mahasiswi yang dibikin baper sama dia, sikap ramah dan murah senyumnya tidak pernah dia manfaatkan untuk menarik simpati seseorang namun Fajar sangat tulus dan itu sudah menjadi kebiasaan dan ciri khasnya. Fajar sangat suka dengan petualangan hampir setiap kali ada kesempatan dia selalu memanfaatkannya dengan mendaki atau pergi kepantai untuk menghibur dirinya sendiri. Fajar sangat aktif di kegiatan kampus apalagi yang berhubugan dengan alam.
            Hari sudah sore dan mata kuliah sudah berakhir, tidak ada lagi jadwal mata kuliah malam setelah ini. Farah keluar kelas sembari memasukkan beberapa buku ke dalam tasnya, sepertinya dia belum menyadari buku catatan pribadinya telah hilang.
“Farah”. Panggil Ciki dari kejauhan. Ciki (Citra) adalah teman dekat dan teman satu kos Farah walaupun berbeda jurusan. Ciki adalah mahasiswa semeter 3 jurusan matematika dan dia sangat tomboy. Selain Ciki, Farah memiliki teman dekat lagi dan teman satu kos yaitu Kinan, dia lebih feminim dari Farah dan Citra. Kinan adalah mahasiswi semester 3 jurusan Bahasa Indonesia namun berbeda kelas dengan Farah. Kinan sangat fashionable dan sangat cantik diantara Farah dan Ciki namun Kinan sangat menyanyagi kedua temannya tersebut meski sesekali terlihat bawel dan sangat menyebalkan.
“Kinan mana?” tanya Ciki sembari merangkul pundak Farah.
“Mungkin sudah di depan, kita langsung kesana saja”. Ujar Farah.
“Pasti ngecengin kak Fajar tuh”. Celetuk Ciki yang sudah mengetahui kebiasan temannya itu. Kinan merupakan salah satu fans berat Fajar kalau sehari tidak dapat senyum dari dia Kinan pasti tidak mood melakukan apa-apa. Pernah sekali Kinan terlambat untuk berdiri di depan kampus untuk menunggu Fajar dengan motor sportnya waktu pulang samapi kosan dia murung, tidak enak makan dan seharian tidak mandi. Entahlah sampai segitunya, tetapi itulah jatuh cinta apapun dilakukan untuk diri sendiri meskipun itu harus menunggu lama dan meskipun itu tak terbalaskan, Karena senyum setitik berbunga-bungalah hati Kinan. Di musim ini kebetulan sekali jadwal semester 3 dan 7 bersamaan sehingga memberikan keuntungan bagi Kinan untuk selalu memandang diam-diam Fajar.
            Rumah kos yang mereka sewa tempatnya tidak jauh dari kampus sehingga mereka bertiga selalu berjalan kaki sambil bercengkrama tentang kejadian ataupun mata kuliah yang mereka lalui. “Eh ada yang tau buku catatanku gak?” Farah nampak mengoprek-oprek isi tasnya.
“Nah lho mana gue tau Far”. Pungkas Kinan sembari berkaca.
“Nyelip kali”. Tambah Ciki.
“Mungkin dikosan, loe lupa bawa”. Sambung Kinan. Farah nampak gelisah tak semestinya buku catatan pribandinya hilang atau bahkan ditemukan orang lain kemudian dibacalah isi dalam buku catatan tersebut.
“Penting banget yaa?” Ciki berhenti dan memperhatikan Farah yang masih sibuk mengoprek isi tasnya.
“Itu sebagian dari diri saya Ciki”. Farah sedih.
“Udah nanti juga ketemu, sekarang kita mandi untuk menangkan pikiran”. Usul Kinan yang sudah ingin cepat-cepat merasakan sofa empuk di ruang tengah kosan.
            Di dalam kamar Farah masih sibuk mencari-cari buku catatannya membuka laci-laci kecil meja belajarnya, memeriksa disetiap bagian ruangan kamar yang selip dan Farah tak berhasil menemukannya.
“Mungkin tidak jatuh di kampus waktu aku nabrak seseorang tadi yaa?”. Gumam Farah menerka-nerka. Farah keluar kamar dan bergabung dengan kedua temannya yang asik menonton tivi.
“Teman-teman buku catatanku tetap belum ketemu”. Sedih sembari duduk disebelah Ciki dan menyeruput teh hangat milik Ciki tanpa permisi.
“Ah teh hangat gue”. Ciki sedikit protes.
“Icip sedikit Cik,hehe”. Mengaruk kepala yang tidak berasa gatal.
“Far kalau loe masih heboh soal buku catatan itu, mending nanti dulu deh filmnya seru nic jadi jangan ganggu kita dulu”. Ujar Kinan yang lagi asik nonton drama korea seperti dibioskop lengkap dengan pop corn dan es teh manis.
“Apa jatuh pas nabrak seseorang tadi ya?. Farah memperhatikan tembok sambil mengingat.
“Seseorang siapa?.” Ciki memperhatikan Farah kali ini.
“Aku gak tahu namanya sih Cik, tapi sepertinya dia kakak senior kita ”. Farah menjelaskan kronologinya kepada Ciki dan Kinan.
“Bukan kak Fajar kan Far?”. Kinan kini yang heboh, seakan Fajar sudah menjadi pacarnya. Entah apa yang terjadi kalau Fajar menjadi pacar Kinan mungkin setiap detik pasti diintrogasi sama dia.
“Ciye ada yang cemburu, bilang iya aja Far”. Goda Ciki.
“Awas aja kalau bener Kak Fajar, aku bakal gak mandi 2 hari”. Kinan manyun.
“Aduh udah deh ini kan bahasa buku catatan aku, malah bahas yang lain kalian ini gimana sih”. Farah mulai kesal dan beranjak pergi menuju kamarnya. Ciki dan Kinan saling bertatapan heran.
            Keesokan harinya Farah memilih berangkat siang dan tidak berangkat bersama kedua temannya., karena jadwal Kuliah hari ini dimulai dari siang sampai sore. Berbeda dengan Kinan yang semangat berangkat pagi demi bertemu dan memandangi Fajar, sementara Ciki harus rela dipaksa menemani Kinan padahal hari ini Ciki ingin berangkat siang dengan Farah. Demi persahabatan mereka Ciki selalu bersikap adil dan tidak membedakan teman-temannya.
Saat Kinan dan Ciki berjalan berdua, Fajar menghampiri mereka.
“Kinan dan Citra ya?”. Sapa Fajar sambil melempar senyum. Kinan yang merasa tak percaya hampir terjatuh karena terpesona dengan sosok Fajar yang berdiri didepannya dan memanggil namanya.
“Iya kak, ada yang bisa kami bantu”. Tanya Ciki. Fajar sepertinya mencari-cari seseorang.
“oh gak Cuma mau tanya kalian kan biasanya bertiga, teman kalian yang satunya kemana? Embb siapa namanya?. Fajar mengingat.
“Farah maksud kakak?” pungkas Ciki. Kinan masih melongo.
“Iya bener, kemana dia? Aku ada perlu sama dia”.
“Kenapa mesti Farah kak yang dicari, apa kakak ada perlu sama dia biar nanti kita sampein.” Jawab Kinan yang terlihat sedikit bete ketika tahu Fajar mencari Farah.
“ Farah hari ini berangkat siang kak, pagi ini dia masih dikos”. Ciki menambahkan.
“Baiklah kalau begitu, terima kasih ya”. Fajar berlalu, Kinan masih terheran-heran dengan Fajar menanyakan soal keberadaan Farah, kenal saja tidak apalagi dekat.
            Farah bersiap untuk pergi ke kampus memastikan kembali buku mata kulaih yang akan dibawa dan bergegaslah dia pergi. Keluar dari kosan tiba-tiba cowok ganteng mengendari motor matic berhenti di depan kosan Farah yang membuat Farah terkejut.
“Farah, ke kampus bareng yuk”. Sapa Rezka, Farah tercenggang.
“embb...embbb” Farah yang grogi memainkan kacamatanya.
“Udah ayo kita berangkat sama-sama ke kampusnya”. Rezka menawarkan diri, kali ini Rezka bersikap baik karena merasa penasaran dengan Farah yang sebenarnya cantik hanya saja Farah yang tak suka berdandan membuat kecantikan Farah tersembunyi.
Farah perlahan duduk diboncengan Rezka dengan malu-malu, dan Rezka berusaha bersikap akrab kepadanya.
“Sudah kak saya turun disini saja, saya tidak enak sama pacar kakak”. Ujar Farah sembari melihat sekeliling takut kethuan Ciki  dan Kinan atau bahkah Naya (pacar Rezka).
“Sudah gak usah gitu, gw sama Naya udah putus”. Kata Rezka modus.
“Tapi saya tetep merasa tidak enak kak”. Farah turun dari motor Rezka “terima kasih ya kak” ucap Farah sembari sedikit mengangkukan kepala tanda mengakhiri percakapan.
Farah yang tengah tersadar kembali menghampiri Rezka yang masih melihat Farah dari kejauhan.
“Oh iya kakak yang kemaren aku tabrak di taman itu ya”. Farah mengingatkan, Rezki nampak tersenyum tanpa menjawab.
“Apa kakak melihat buku catatan saya yang terjatuh?” selidik Farah.
“Iya tau”. Jawab Rezka singkat.
“Dimana kak? Apa masih tertinggal di Taman?”. Frah nampak riang.
“Kalau mau tahu gw punya satu syarat buat kamu.” Ujar Rezka, Farah antusias demi menemukan buku catatan itu.
“Apa syaratnya kak?”
“Nanti malam aku jemput dikosan jam 8, dan kamu harus sudah bersiap.” Kali iniRezka usaha modusin Farah.
“Apa?” Farah kaget.
“iya, itu sih kalau kamu pengen tau buku catatanmu dimana.” Rezka bersiap menyalakan motornya. Farah terdiam sejenak, Rezka bersiap beranjak dari sana namun Farah mencegahnya “Tunggu kak”. Rezka berhenti.
“Baiklah saya mau”. Farah setuju, Rezka tersenyum sumringah.“Oke aku harap tepat waktu”.Rezka berlalu pergi.
Sepanjang jalan menuju kelas Farah mengingat kesanggupan pergi dengan Rezka, Farah yang takut ketahuan Naya dan apa yang yang akan dilakukan Rezka kepadanya. Ciki dan Kinan yang melihatnya merasa heran.
“Kenapa lu Far?”. Tanya Ciki sembari merangkul pundak Farah, Farah terdiam.
“Kesambet setan kosan Far?” canda Kinan terawa cekikikan.
“Aku binggung teman-teman kenapa aku harus mengiyakan ajakannya ya...”. Farah duduk dibangku depan kelas.
“Apa? Jadi kamu mau ngedate sama kak Fajar? Omegat gw gak percaya ini!”. Kinan nampak kesal.
“Kok jadi kak Fajar sih?” Protes Farah.
“Lah terus siapa? Tadi pagi Kak Fajar nyariin kamu dan pengen ketemu kamu. Itu tandanya apa? Pengen ngajak ngedate kan?” Kinan masih tak mau kalah.
“Stop! Kinan please tunggu Farah nagsih penjelasan jangan negatif thingking dulu ke Farah.” Ciki mencoba menjadi penengah.
“Kak Rezka yang mau ngajakin aku jalan nanti malam”. Pungkas Farah.
WHAT!” seru Ciki dan Kinan bersamaan. Farah pun menjelaskan kronologi yang terjadi.
“Sumpah Far jangan sampai lu jalan sama dia, lu tau kan gimana Naya. Bisa gawat dan itu akan menjadi buruk buat lu Far”. Tutur Ciki yang ikut tidak merasa tenang.
“ Iya Far, Ciki bener lu juga tau Kak Rezka itu giman orangnya. Dia itu playboy Far jangan –jangan dia manfaatin kamu doang”. Tambah Kinan. Farah kembali cemas, menerka-nerka apa yang nanti akan terjadi.
            Sore ini Farah memutuskan tidak pulang bersama Ciki dan Kinan, Farah memilih ke perpustakaan kampus untuk membaca beberapa buku disana. Kebetulan sekali hari ini hari Sabtu masih banyak mahasiswa yang stay  di Kampus sekedar berbincang dengan mahasiswa yang lain sebelum pulang, ada pula yang mengobrol dengan pasangan dan juga beberapa mahasiswa yang sedang menunggu bersiap untuk rencana malam minggu. Perpustakaan Kampus juga tidak biasanya masih ramai, ada beberapa mahasiswa semester atas yang sedang mencari referensi laporan skripsi.
“Hai Farah” sapa sesorang yang diikuti duduk disebelah Farah.
“Hai kak Dimas, sedang apa?” balas Farah.
“Ini mau nyari buku referensi gitu”. Jawab Dimas. Dimas adalah salah satu anggota aktif di perpustakaan, dia juga sebagai salah satu panitia persiapan beda buku yang diselenggarakan di kampus. Meski dia jurusan matematika namun Dimas cukup hobi untuk membaca buku. Selain itu Dimas juga senang mengikuti kegiatan mendaki seperti Ciki dan Fajar, dan juga Dimas menjadi teman baik Fajar.
“Kinan mana Far?” goda Dimas yang diam-diam memendam rasa kepadanya.
“Ciyee nyariin Kinan, dia sudah pulang kak sama Ciki”. Pungkas Farah.
“Nah kamu tumben gak bareng mereka?”. Tanya Dimas sembari membuka-buka halaman buku yang baru diambilnya.
“Lagi nenangin pikiran kag, ini juga mau balik ke kos”. Farah masih terlihat bimbang.
“Kamu kenapa ?”. tanya Dimas membuyarkan lamunan Farah.
“ahh gak papa kag, yasudah saya pamit balik dulu ya kag”. Pamit Farah.
            Pukul 20.00 sesuai jam yang ditentukan Rezka, Farah bersiap berdiri di depan kos. Kos nampak sepi karena semenjak Farah pulang dari kampus tak terlihat Ciki dan Kinan disana, sepertinya mereka lebih dulu mencari makan dan lupa memberitahu Farah.
Kinan sibuk memandangi jam di tangannya dan berharap malam ini Rezka membatalkan pertemuan dengannya. Setengah jam Farah berdiri disana sepertinya Rezka malam ini tak datang, baru saja Farah akan masuk ke dalam kosan tiba-tiba  motor sport menghampiri Farah disusul dengan Ciki dan Kinan yang mengendarai motor bebek.
“ Farah, lu gak jadi pergi?” tanya Ciki sembari melepas helm.
“Sepertinya gak jadi dan aku harap memang gak jadi”. Canda Farah.
“Tuch kan apa gue bilang dia itu tukang bohong jangan percaya sama dia”. Celetuk Kinan kesal. Farah tersenyum.
“ Hai Farah”. Sapa Fajar yang ikut bersama Ciki dan Kinan.
“Hai juga kak Fajar”. Balas Farah biasa.
“Maaf ya Far kita keluar gak bilang-bilang ke kamu”. Ciki merasa tak enak.
“Waktu kita makan kita ketemu kak Fajar deh”. Jawab Kinan centil.
“Loe udah makan belum? Kita lupa bungkusin kamu sekalian Far, maaf ya.” Ciki merasa tak enak, Fajar menawarkan diri untuk menemani Farah membeli makan malam dan Kinan terlihat sedikit protes tetapi Kinan memahami maksud ajakan Fajar. Fajar dan Farah pun  pergi membeli makan.
            Di sebuah lesehan pinggir jalan suasana menjadi canggung Farah yang tidak pernah dekat dengan cowok harus jalan berdua dengan cowok yang ganteng,cool,jago matematika dan suka petualang. Fajar tersenyum sesekali memperhatikan Farah yang dengan lahap menghabiskan ayam goreng yang dia pesan, sementara Fajar hanya memsan segelas teh hangat untuk menemani Farah.
“Makasih ya Kak udah nemenin aku makan”. Sambil mengelap bibirnya yang belepotan.
“Iya Far sama-sama”. Tersenyum memperhatikan Farah, Fajar terkekeh melihat Farah.
“Kenapa kag?masih belepotan ya?. Farah gugup. Fajar mengambil potongan kecil tisu yang menempel dibibir mungil Farah, suasana pun semakin canggung mereka berdua saling menatap.
“Eh sorry sorry tadi ada tisu yang nempel”. Fajar tersadar. Fajar yang berniat mengembalikan buku catatan Farah tiba-tiba memurungkan niatnya, Fajar merasa penasaran dengan Farah dan berniat untuk mengenal Farah lebih dekat. Mereka berdua pun bercakap-cakap tentang hoby,kesukaan dan hal-hal yang membuat mereka semakin akrab dan nyambung. Farah yang tidak pernah terbuka dengan cowok kini dia banyak bicara dengan Fajar. Farah yang suka traveling ingin sekali merasakan mendaki gunung, tiba-tiba Fajar menawarkan untuk mengajak Farah mendaki gunung.
“Farah mau gak kapan-kapan aku ajak kamu mendaki gunung?”. Ajak Fajar.
“Wah boleh banget tuch kak, aku sebenarnya pengen banget mendaki tapi sayangnya aku masih belum punya keberanian”.
“Nanti deh aku kabarin lagi kalau anak-anak pecinta alam mau mendaki”. Ujar Fajah, Farah megangguk tanda setuju.
Malam semakin larut  mereka berdua memutuskan untuk pulang. Dan sesampainya di kosan Ciki dan Kinan sudah tertidur sehingga Farah tak berani membangunkan mereka, dan kalau Kinan sampai tau Farah pulang larut dengan kak Fajar pasti dia ngomel, baper, cemberut,nangis dan gak bakalan mau makan bahkan mandi.
            Keesoka paginya seperti biasa Kinan terlihat heboh dengan terus mengintrogasi Farah mencecar dengan berbagai macam pertanyaan yang membuat Farah tidak sempat menjawab semua pertanyaan Kinan. Ciki yang sudah merasa risih melerai Kinan dan menyuruh dia untuk segera mandi karena hari ini ada jadwal kuliah pagi. Sepanjang jalan hingga sampai di kampus Kinan terus saja berceloteh hingga tak dia tak sengaja menabrak Dimas, Ciki dan Farah yang melihat menahan tawa.
“Hai Kinan”. Sapa Dimas, Kinan tercenggang. Kinan terpesona dengan wajah tampan Dimas dan saat itu juga dia jatuh cinta. Kinan memang orang yang mudah jatuh cinta, lebih tepatnya mudah terbawa perasaan. Dimas yang sudah sejak lama mengagumi Kinan memberanikan diri untuk menyapa Kinan disaat moment tidak sengaja ini.
“Maaf kak Dimas gak sengaja”. Ujar Kinan. “Ciki, Farah giman sih gak ngasih tau kalau aku bakal tabrakan sama kak Dimas”. Protes Kinan. Ciki dan Farah tertawa.
“Nanti siang Kinan ada acara?”. Tanya Dimas. Kinan terdiam masih terpesona.
“Nanti siang Kinan gak ada jadwal kak, ajak jalan deh kak”. Goda Ciki.
“Oke nanti siang aku tunggu di gerbang ya”. Dimas melempar senyum kearah Kinan. Kinan mengangguk tanda setuju. Kinan kegirangan dan terus bercerita tentang perasaannya saat ini.
            Sore harinya kelas sudah selesai beberapa mahasiswa sudah mulai keluar kampus, dan ketika Ciki berjalan dikoridor Fajar memanggilnya.
“Cik minggu depan temen-temen mau mendaki nih, loe gimana siap?” tutur Fajar yang sudah akrab dengan Citra yang ikut organisasi yang sama.
“Boleh kak, besok deh aku ke camp nya anak PA”. Pungkas Ciki.
“ Oke deh ketemu besok ya, gue juga nyariin Dimas dari tadi siang gak kelihatan soalnya”
Ciki tertawa membuat Fajar terheran.
“Kenapa Cik?”
“Kak Fajar nyari di kampus juga gak bakal ketemu, soalnya kak Dimas lagi jalan sama Kinan”. Ciki masih tidak bisa menahan tawanya.