Senja Di Pelupuk Mata
Farah masih duduk santai di taman kecil belakang kampus sembari
membaca Novel kesukaan dan membawa beberapa buku mata pelajaran kuliah, dan
waktu itu Farah menunggu jam mata kuliah selanjutnya. Farah merupakan mahasiswi
berhijab dan berkacamata semester 3 jurusan Bahasa Indonesia di salah satu
kampus ternama di kota. Farah tergolong mahasiswi pendiam di kelasnya, dia
jarang sekali bergaul dengan teman-temannya namun Farah cukup ramah setiap kali
berpapasan dengan teman-temannya di satu kesempatan. Farah cukup antusias
mengikuti kegiatan kampus yang berkenaan dengan bedah buku, atau seminar yang
bermanfaat. Kutu buku itulah panggilan beberapa orang temannya kepada Farah,
meskipun begitu Farah tak pernah marah dan menerimanya.
Farah melihat jam tangannya dan bergegas membereskan buku
yang ia letakkan di sampingnya, disaat terburu-buru Farah tidak sengaja
menabrak seseorang di depannya membuat buku yang dia pegang jatuh berserakan.
“maaf-maaf saya tidak
sengaja”. Ujar Farah sembari membereskan bukunya yang disusul sesorang tersebut
ikut membatu membereskan.
“ah tidak apa-apa, gue
yang salah”. Balas seseorang tersebut. Sembari membenarkan kacamata Farah
mengucapkan terima kasih dan berlalu.
Tanpa disadari buku
catatan Farah tertinggal disana, dan sesorang tersebut mengambilnya “FARAH
DISYA, nama yang bagus”. Kata seseorang tersebut.
Rezka adalah mahasiswa ganteng yang menjadi playboy
kampus semester akhir kejuruan
Informatika. Dia menjadi idaman mahasiswi di kampus tersebut, selain itu Rezka
adalah pacar dari Naya mahasiswi cantik dan kaya di kejuruan yang sama. Untuk
ukuran Farah yang kuper dan cupu sepertinya tidak mungkin dilirik oleh Rezka. Buku
catatan Farah kemudian Rezka letakkan diatas tutup tempat sampah tanpa memperdulikan
apakah nanti Farah mencarinya atau bahkan dibuang oleh mahasiswa lainnya, namun
seorang cowok bernama Fajar melihatnya
ketika dia hendak membuang bungkus makanan. Setelah melihat sampul depannya
Fajar berniat untuk mengambil dan megembalikan buku catatan tersebut kepada
pemiliknya. Fajar merupakan mahasiswa ganteng dan ramah semester 7 jurusan
Ekonomi. Saking ramahnya ke semua orang ada saja beberapa mahasiswi yang
dibikin baper sama dia, sikap ramah
dan murah senyumnya tidak pernah dia manfaatkan untuk menarik simpati seseorang
namun Fajar sangat tulus dan itu sudah menjadi kebiasaan dan ciri khasnya.
Fajar sangat suka dengan petualangan hampir setiap kali ada kesempatan dia
selalu memanfaatkannya dengan mendaki atau pergi kepantai untuk menghibur dirinya
sendiri. Fajar sangat aktif di kegiatan kampus apalagi yang berhubugan dengan
alam.
Hari sudah sore dan mata kuliah sudah berakhir, tidak ada
lagi jadwal mata kuliah malam setelah ini. Farah keluar kelas sembari
memasukkan beberapa buku ke dalam tasnya, sepertinya dia belum menyadari buku
catatan pribadinya telah hilang.
“Farah”. Panggil Ciki
dari kejauhan. Ciki (Citra) adalah teman dekat dan teman satu kos Farah
walaupun berbeda jurusan. Ciki adalah mahasiswa semeter 3 jurusan matematika
dan dia sangat tomboy. Selain Ciki, Farah memiliki teman dekat lagi dan teman
satu kos yaitu Kinan, dia lebih feminim dari Farah dan Citra. Kinan adalah
mahasiswi semester 3 jurusan Bahasa Indonesia namun berbeda kelas dengan Farah.
Kinan sangat fashionable dan sangat
cantik diantara Farah dan Ciki namun Kinan sangat menyanyagi kedua temannya
tersebut meski sesekali terlihat bawel dan sangat menyebalkan.
“Kinan mana?” tanya
Ciki sembari merangkul pundak Farah.
“Mungkin sudah di
depan, kita langsung kesana saja”. Ujar Farah.
“Pasti ngecengin kak Fajar tuh”. Celetuk Ciki yang
sudah mengetahui kebiasan temannya itu. Kinan merupakan salah satu fans berat
Fajar kalau sehari tidak dapat senyum dari dia Kinan pasti tidak mood melakukan apa-apa. Pernah sekali
Kinan terlambat untuk berdiri di depan kampus untuk menunggu Fajar dengan motor
sportnya waktu pulang samapi kosan dia murung, tidak enak makan dan seharian
tidak mandi. Entahlah sampai segitunya, tetapi itulah jatuh cinta apapun
dilakukan untuk diri sendiri meskipun itu harus menunggu lama dan meskipun itu
tak terbalaskan, Karena senyum setitik berbunga-bungalah hati Kinan. Di musim
ini kebetulan sekali jadwal semester 3 dan 7 bersamaan sehingga memberikan
keuntungan bagi Kinan untuk selalu memandang diam-diam Fajar.
Rumah kos yang mereka sewa tempatnya tidak jauh dari
kampus sehingga mereka bertiga selalu berjalan kaki sambil bercengkrama tentang
kejadian ataupun mata kuliah yang mereka lalui. “Eh ada yang tau buku catatanku
gak?” Farah nampak mengoprek-oprek isi tasnya.
“Nah lho mana gue tau
Far”. Pungkas Kinan sembari berkaca.
“Nyelip kali”. Tambah
Ciki.
“Mungkin dikosan, loe
lupa bawa”. Sambung Kinan. Farah nampak gelisah tak semestinya buku catatan
pribandinya hilang atau bahkan ditemukan orang lain kemudian dibacalah isi
dalam buku catatan tersebut.
“Penting banget yaa?”
Ciki berhenti dan memperhatikan Farah yang masih sibuk mengoprek isi tasnya.
“Itu sebagian dari diri
saya Ciki”. Farah sedih.
“Udah nanti juga
ketemu, sekarang kita mandi untuk menangkan pikiran”. Usul Kinan yang sudah
ingin cepat-cepat merasakan sofa empuk di ruang tengah kosan.
Di dalam kamar Farah masih sibuk mencari-cari buku
catatannya membuka laci-laci kecil meja belajarnya, memeriksa disetiap bagian
ruangan kamar yang selip dan Farah tak berhasil menemukannya.
“Mungkin tidak jatuh di
kampus waktu aku nabrak seseorang tadi yaa?”. Gumam Farah menerka-nerka. Farah
keluar kamar dan bergabung dengan kedua temannya yang asik menonton tivi.
“Teman-teman buku
catatanku tetap belum ketemu”. Sedih sembari duduk disebelah Ciki dan
menyeruput teh hangat milik Ciki tanpa permisi.
“Ah teh hangat gue”.
Ciki sedikit protes.
“Icip sedikit
Cik,hehe”. Mengaruk kepala yang tidak berasa gatal.
“Far kalau loe masih
heboh soal buku catatan itu, mending nanti dulu deh filmnya seru nic jadi
jangan ganggu kita dulu”. Ujar Kinan yang lagi asik nonton drama korea seperti
dibioskop lengkap dengan pop corn dan es teh manis.
“Apa jatuh pas nabrak seseorang
tadi ya?. Farah memperhatikan tembok sambil mengingat.
“Seseorang siapa?.”
Ciki memperhatikan Farah kali ini.
“Aku gak tahu namanya
sih Cik, tapi sepertinya dia kakak senior kita ”. Farah menjelaskan
kronologinya kepada Ciki dan Kinan.
“Bukan kak Fajar kan
Far?”. Kinan kini yang heboh, seakan Fajar sudah menjadi pacarnya. Entah apa
yang terjadi kalau Fajar menjadi pacar Kinan mungkin setiap detik pasti
diintrogasi sama dia.
“Ciye ada yang cemburu,
bilang iya aja Far”. Goda Ciki.
“Awas aja kalau bener
Kak Fajar, aku bakal gak mandi 2 hari”. Kinan manyun.
“Aduh udah deh ini kan
bahasa buku catatan aku, malah bahas yang lain kalian ini gimana sih”. Farah
mulai kesal dan beranjak pergi menuju kamarnya. Ciki dan Kinan saling
bertatapan heran.
Keesokan harinya Farah memilih berangkat siang dan tidak
berangkat bersama kedua temannya., karena jadwal Kuliah hari ini dimulai dari
siang sampai sore. Berbeda dengan Kinan yang semangat berangkat pagi demi
bertemu dan memandangi Fajar, sementara Ciki harus rela dipaksa menemani Kinan
padahal hari ini Ciki ingin berangkat siang dengan Farah. Demi persahabatan
mereka Ciki selalu bersikap adil dan tidak membedakan teman-temannya.
Saat Kinan dan Ciki
berjalan berdua, Fajar menghampiri mereka.
“Kinan dan Citra ya?”.
Sapa Fajar sambil melempar senyum. Kinan yang merasa tak percaya hampir
terjatuh karena terpesona dengan sosok Fajar yang berdiri didepannya dan
memanggil namanya.
“Iya kak, ada yang bisa
kami bantu”. Tanya Ciki. Fajar sepertinya mencari-cari seseorang.
“oh gak Cuma mau tanya kalian
kan biasanya bertiga, teman kalian yang satunya kemana? Embb siapa namanya?.
Fajar mengingat.
“Farah maksud kakak?”
pungkas Ciki. Kinan masih melongo.
“Iya bener, kemana dia?
Aku ada perlu sama dia”.
“Kenapa mesti Farah kak
yang dicari, apa kakak ada perlu sama dia biar nanti kita sampein.” Jawab Kinan
yang terlihat sedikit bete ketika
tahu Fajar mencari Farah.
“ Farah hari ini
berangkat siang kak, pagi ini dia masih dikos”. Ciki menambahkan.
“Baiklah kalau begitu,
terima kasih ya”. Fajar berlalu, Kinan masih terheran-heran dengan Fajar menanyakan
soal keberadaan Farah, kenal saja tidak apalagi dekat.
Farah bersiap untuk pergi ke kampus memastikan kembali
buku mata kulaih yang akan dibawa dan bergegaslah dia pergi. Keluar dari kosan
tiba-tiba cowok ganteng mengendari motor matic
berhenti di depan kosan Farah yang membuat Farah terkejut.
“Farah, ke kampus
bareng yuk”. Sapa Rezka, Farah tercenggang.
“embb...embbb” Farah
yang grogi memainkan kacamatanya.
“Udah ayo kita berangkat
sama-sama ke kampusnya”. Rezka menawarkan diri, kali ini Rezka bersikap baik
karena merasa penasaran dengan Farah yang sebenarnya cantik hanya saja Farah
yang tak suka berdandan membuat kecantikan Farah tersembunyi.
Farah perlahan duduk
diboncengan Rezka dengan malu-malu, dan Rezka berusaha bersikap akrab
kepadanya.
“Sudah kak saya turun
disini saja, saya tidak enak sama pacar kakak”. Ujar Farah sembari melihat
sekeliling takut kethuan Ciki dan Kinan
atau bahkah Naya (pacar Rezka).
“Sudah gak usah gitu,
gw sama Naya udah putus”. Kata Rezka modus.
“Tapi saya tetep merasa
tidak enak kak”. Farah turun dari motor Rezka “terima kasih ya kak” ucap Farah
sembari sedikit mengangkukan kepala tanda mengakhiri percakapan.
Farah yang tengah
tersadar kembali menghampiri Rezka yang masih melihat Farah dari kejauhan.
“Oh iya kakak yang
kemaren aku tabrak di taman itu ya”. Farah mengingatkan, Rezki nampak tersenyum
tanpa menjawab.
“Apa kakak melihat buku
catatan saya yang terjatuh?” selidik Farah.
“Iya tau”. Jawab Rezka
singkat.
“Dimana kak? Apa masih
tertinggal di Taman?”. Frah nampak riang.
“Kalau mau tahu gw
punya satu syarat buat kamu.” Ujar Rezka, Farah antusias demi menemukan buku
catatan itu.
“Apa syaratnya kak?”
“Nanti malam aku jemput
dikosan jam 8, dan kamu harus sudah bersiap.” Kali iniRezka usaha modusin
Farah.
“Apa?” Farah kaget.
“iya, itu sih kalau
kamu pengen tau buku catatanmu dimana.” Rezka bersiap menyalakan motornya.
Farah terdiam sejenak, Rezka bersiap beranjak dari sana namun Farah mencegahnya
“Tunggu kak”. Rezka berhenti.
“Baiklah saya mau”.
Farah setuju, Rezka tersenyum sumringah.“Oke aku harap tepat waktu”.Rezka
berlalu pergi.
Sepanjang jalan menuju
kelas Farah mengingat kesanggupan pergi dengan Rezka, Farah yang takut ketahuan
Naya dan apa yang yang akan dilakukan Rezka kepadanya. Ciki dan Kinan yang
melihatnya merasa heran.
“Kenapa lu Far?”. Tanya
Ciki sembari merangkul pundak Farah, Farah terdiam.
“Kesambet setan kosan
Far?” canda Kinan terawa cekikikan.
“Aku binggung
teman-teman kenapa aku harus mengiyakan ajakannya ya...”. Farah duduk dibangku
depan kelas.
“Apa? Jadi kamu mau ngedate sama kak Fajar? Omegat gw gak
percaya ini!”. Kinan nampak kesal.
“Kok jadi kak Fajar
sih?” Protes Farah.
“Lah terus siapa? Tadi
pagi Kak Fajar nyariin kamu dan pengen ketemu kamu. Itu tandanya apa? Pengen
ngajak ngedate kan?” Kinan masih tak
mau kalah.
“Stop! Kinan please
tunggu Farah nagsih penjelasan jangan negatif
thingking dulu ke Farah.” Ciki mencoba menjadi penengah.
“Kak Rezka yang mau
ngajakin aku jalan nanti malam”. Pungkas Farah.
“WHAT!” seru Ciki dan Kinan bersamaan. Farah pun menjelaskan
kronologi yang terjadi.
“Sumpah Far jangan
sampai lu jalan sama dia, lu tau kan gimana Naya. Bisa gawat dan itu akan
menjadi buruk buat lu Far”. Tutur Ciki yang ikut tidak merasa tenang.
“ Iya Far, Ciki bener
lu juga tau Kak Rezka itu giman orangnya. Dia itu playboy Far jangan –jangan
dia manfaatin kamu doang”. Tambah Kinan. Farah kembali cemas, menerka-nerka apa
yang nanti akan terjadi.
Sore ini Farah memutuskan tidak pulang bersama Ciki dan
Kinan, Farah memilih ke perpustakaan kampus untuk membaca beberapa buku disana.
Kebetulan sekali hari ini hari Sabtu masih banyak mahasiswa yang stay di Kampus sekedar berbincang dengan mahasiswa
yang lain sebelum pulang, ada pula yang mengobrol dengan pasangan dan juga
beberapa mahasiswa yang sedang menunggu bersiap untuk rencana malam minggu.
Perpustakaan Kampus juga tidak biasanya masih ramai, ada beberapa mahasiswa
semester atas yang sedang mencari referensi laporan skripsi.
“Hai Farah” sapa
sesorang yang diikuti duduk disebelah Farah.
“Hai kak Dimas, sedang
apa?” balas Farah.
“Ini mau nyari buku
referensi gitu”. Jawab Dimas. Dimas adalah salah satu anggota aktif di
perpustakaan, dia juga sebagai salah satu panitia persiapan beda buku yang
diselenggarakan di kampus. Meski dia jurusan matematika namun Dimas cukup hobi
untuk membaca buku. Selain itu Dimas juga senang mengikuti kegiatan mendaki
seperti Ciki dan Fajar, dan juga Dimas menjadi teman baik Fajar.
“Kinan mana Far?” goda
Dimas yang diam-diam memendam rasa kepadanya.
“Ciyee nyariin Kinan,
dia sudah pulang kak sama Ciki”. Pungkas Farah.
“Nah kamu tumben gak
bareng mereka?”. Tanya Dimas sembari membuka-buka halaman buku yang baru
diambilnya.
“Lagi nenangin pikiran
kag, ini juga mau balik ke kos”. Farah masih terlihat bimbang.
“Kamu kenapa ?”. tanya
Dimas membuyarkan lamunan Farah.
“ahh gak papa kag,
yasudah saya pamit balik dulu ya kag”. Pamit Farah.
Pukul 20.00 sesuai jam yang ditentukan Rezka, Farah
bersiap berdiri di depan kos. Kos nampak sepi karena semenjak Farah pulang dari
kampus tak terlihat Ciki dan Kinan disana, sepertinya mereka lebih dulu mencari
makan dan lupa memberitahu Farah.
Kinan sibuk memandangi
jam di tangannya dan berharap malam ini Rezka membatalkan pertemuan dengannya.
Setengah jam Farah berdiri disana sepertinya Rezka malam ini tak datang, baru
saja Farah akan masuk ke dalam kosan tiba-tiba
motor sport menghampiri Farah disusul dengan Ciki dan Kinan yang mengendarai
motor bebek.
“ Farah, lu gak jadi
pergi?” tanya Ciki sembari melepas helm.
“Sepertinya gak jadi
dan aku harap memang gak jadi”. Canda Farah.
“Tuch kan apa gue
bilang dia itu tukang bohong jangan percaya sama dia”. Celetuk Kinan kesal.
Farah tersenyum.
“ Hai Farah”. Sapa
Fajar yang ikut bersama Ciki dan Kinan.
“Hai juga kak Fajar”.
Balas Farah biasa.
“Maaf ya Far kita
keluar gak bilang-bilang ke kamu”. Ciki merasa tak enak.
“Waktu kita makan kita
ketemu kak Fajar deh”. Jawab Kinan centil.
“Loe udah makan belum?
Kita lupa bungkusin kamu sekalian Far, maaf ya.” Ciki merasa tak enak, Fajar
menawarkan diri untuk menemani Farah membeli makan malam dan Kinan terlihat
sedikit protes tetapi Kinan memahami maksud ajakan Fajar. Fajar dan Farah
pun pergi membeli makan.
Di sebuah lesehan pinggir jalan suasana menjadi canggung
Farah yang tidak pernah dekat dengan cowok harus jalan berdua dengan cowok yang
ganteng,cool,jago matematika dan suka petualang. Fajar tersenyum sesekali
memperhatikan Farah yang dengan lahap menghabiskan ayam goreng yang dia pesan,
sementara Fajar hanya memsan segelas teh hangat untuk menemani Farah.
“Makasih ya Kak udah
nemenin aku makan”. Sambil mengelap bibirnya yang belepotan.
“Iya Far sama-sama”.
Tersenyum memperhatikan Farah, Fajar terkekeh melihat Farah.
“Kenapa kag?masih belepotan
ya?. Farah gugup. Fajar mengambil potongan kecil tisu yang menempel dibibir
mungil Farah, suasana pun semakin canggung mereka berdua saling menatap.
“Eh sorry sorry tadi
ada tisu yang nempel”. Fajar tersadar. Fajar yang berniat mengembalikan buku
catatan Farah tiba-tiba memurungkan niatnya, Fajar merasa penasaran dengan
Farah dan berniat untuk mengenal Farah lebih dekat. Mereka berdua pun
bercakap-cakap tentang hoby,kesukaan dan hal-hal yang membuat mereka semakin
akrab dan nyambung. Farah yang tidak pernah terbuka dengan cowok kini dia
banyak bicara dengan Fajar. Farah yang suka traveling ingin sekali merasakan
mendaki gunung, tiba-tiba Fajar menawarkan untuk mengajak Farah mendaki gunung.
“Farah mau gak
kapan-kapan aku ajak kamu mendaki gunung?”. Ajak Fajar.
“Wah boleh banget tuch
kak, aku sebenarnya pengen banget mendaki tapi sayangnya aku masih belum punya
keberanian”.
“Nanti deh aku kabarin
lagi kalau anak-anak pecinta alam mau mendaki”. Ujar Fajah, Farah megangguk
tanda setuju.
Malam semakin larut mereka berdua memutuskan untuk pulang. Dan
sesampainya di kosan Ciki dan Kinan sudah tertidur sehingga Farah tak berani
membangunkan mereka, dan kalau Kinan sampai tau Farah pulang larut dengan kak
Fajar pasti dia ngomel, baper, cemberut,nangis dan gak bakalan mau makan bahkan
mandi.
Keesoka paginya seperti biasa Kinan terlihat heboh dengan
terus mengintrogasi Farah mencecar dengan berbagai macam pertanyaan yang
membuat Farah tidak sempat menjawab semua pertanyaan Kinan. Ciki yang sudah
merasa risih melerai Kinan dan menyuruh dia untuk segera mandi karena hari ini
ada jadwal kuliah pagi. Sepanjang jalan hingga sampai di kampus Kinan terus
saja berceloteh hingga tak dia tak sengaja menabrak Dimas, Ciki dan Farah yang
melihat menahan tawa.
“Hai Kinan”. Sapa
Dimas, Kinan tercenggang. Kinan terpesona dengan wajah tampan Dimas dan saat
itu juga dia jatuh cinta. Kinan memang orang yang mudah jatuh cinta, lebih
tepatnya mudah terbawa perasaan. Dimas yang sudah sejak lama mengagumi Kinan
memberanikan diri untuk menyapa Kinan disaat moment tidak sengaja ini.
“Maaf kak Dimas gak
sengaja”. Ujar Kinan. “Ciki, Farah giman sih gak ngasih tau kalau aku bakal
tabrakan sama kak Dimas”. Protes Kinan. Ciki dan Farah tertawa.
“Nanti siang Kinan ada
acara?”. Tanya Dimas. Kinan terdiam masih terpesona.
“Nanti siang Kinan gak
ada jadwal kak, ajak jalan deh kak”. Goda Ciki.
“Oke nanti siang aku
tunggu di gerbang ya”. Dimas melempar senyum kearah Kinan. Kinan mengangguk
tanda setuju. Kinan kegirangan dan terus bercerita tentang perasaannya saat
ini.
Sore harinya kelas sudah selesai beberapa mahasiswa sudah
mulai keluar kampus, dan ketika Ciki berjalan dikoridor Fajar memanggilnya.
“Cik minggu depan
temen-temen mau mendaki nih, loe gimana siap?” tutur Fajar yang sudah akrab
dengan Citra yang ikut organisasi yang sama.
“Boleh kak, besok deh
aku ke camp nya anak PA”. Pungkas
Ciki.
“ Oke deh ketemu besok
ya, gue juga nyariin Dimas dari tadi siang gak kelihatan soalnya”
Ciki tertawa membuat
Fajar terheran.
“Kenapa Cik?”
“Kak Fajar nyari di
kampus juga gak bakal ketemu, soalnya kak Dimas lagi jalan sama Kinan”. Ciki
masih tidak bisa menahan tawanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar