M + PERTAMA
Kala ditanya seorang teman ketika kita
asik mengobrol dan bercerita masa SMP, Suasana sekolah, pacar pertama, PR
banyak yang pertama kali diterima, guru killer, kelas unggulan dll. Menjadi sebuah
cerita lucu dan sangat memalukan ketika sedikit ku ceritakan pengalaman pertama
ku mengalami Haid.
Setelah kelas 5 SD aku sudah tak mengaji
di Hj Latifah, karena usia beliau dan intensitas waktuku yang sudah jarang
mengaji menjadi kendala. Hingga akhirnya dibukalah sebuah pondok tempat mengaji
dengan metode qiroati yang didirikan oleh seorang kyai yang cukup bersahaja. Biaya
pendaftaran gratis membuat Ibu mengizinkan aku mengaji disana. Memang benar
kala itu ekonomi di rumah sangatlah minim, dengan pekerjaan ayah sebagi sopir angkutan
dengan penghasilan tak menentu membiayai 5 orang anak yang 2 diantaranya masih
sekolah dan seorang lagi masih bayi, membuat pengeluaran begitu di minimalkan. Seoarng
temanku bernama Firo yang mengajakku untuk mengaji disana, aku kun bersedia. Selang
tak berapa lama Firo harus pindah ke jakarta mengikuti orang tuanya, sehingga
aku pun berpisah dengannya.
Duduk di kelas I SMP aku masih
menyempatkan untuk selalu mengaji qiroati, mengenal tajwid dan bacaan lainnya. Hingga
suatu ketika aku akan dites kemampuanku dalam mengaji dan mengenal
bacaan-bacaan yang diajarkan sebagi persyaratan untuk lulus dan melanjutkan ke
tahap belajar Alquran. Bersama dengan 8 orang temanku, 2 ustadzah dan 1 ustadz
kami pergi ke salah satu pondok di daerah pandaan untuk melakukan tes disana
sebagai penentuan apakah lulus atau tidak.
Berada di ruang tes materi solat aku
tampak gelisah, perut tiba-tiba sikit dan sesuatu keluar denagan cukup deras di
daerah V. Aku tak berani bergerak takut mengganggu temanku atau bahkan orang lain. Semakin lama aku
merasa tak nyaman, di lantai 2 tempat ku berada rasanya males juga untuk pergi
ke kamar mandi yang letaknya dilantai dasar dengan berjalan di sela-sela
peserta yang menunggu. Hingga akhirnya ku beranikan diri untuk mengajak temanku
Eni (anak kelas 3 SD dengan porsi badan yang sanagat mungil) untuk mengantarku
ke kamar mandi, Eni pun menyetujuinya. Kami bergegas menuju lantai dasar dan
segera mencari toilet. Di dalam toilet aku
cemas, panik dan sedih kenapa ada darah di celana dalamku, apa yang
telah ku lakukan? Sejak tadi aku hanya duduk mematung meunggu giliran untuk
praktek solat apa yangsalah sehingga aku berdarah. Eni yang menunggu lama
akhirnya aku izinkan untuk kembali terlebih dahulu dan aku berusaha untuk
membersihkan darah yang tembus hingga jubah coklatku dan segera kembali ke
lantai 2.
Lagi-lagi aku kembali gusar dengan darah
yang semakin tembus ke jubah coklatku lagi. Rasa tidak nyaman itu membuatku harus
bolak-balik turun untuk ke kamar mandi, dan itu yang membuat ustadz
pembimbingku merasa terheran dan segera mencari tahu. Bertanya kepada Eni dan
kemudian menyusulku ke kamar mandi. Beliau mengetuk pintu dengan memanggil
namaku “Fitri kamu tidak apa-apa?” tanyanya memastikan. Aku menangis di dalam
kamar mandi tak berani keluar, hingga ustadzku memaksa untuk segera membka
pintu. Ku buka pintu perlahan dengan muka yang penuh air mata, ku ceritakan apa
yang terjadi. Ustadzku pergi dan berpesan agar aku tetap disitu dan gak boleh
keman-mana, ustadzku memanggil ustadzah yang membawakan baju ganti dan 1 benda
yang asing bagiku (baca: pembalut). Dengan dibimbing ustadzah aku egera memakai
pembalut itu dan mengganti jubahcoklatku dengan baju biru milik santri pondak
disana.
Aku segera kemabli ke lantai II untuk
praktek solat dan alhamdulillah berjalan lancar. Break makan siang aku diajak
makan bakso oleh ustadzahku. Sembari melihat sekeliling ku dapati ustadzku
sedang menjemur beberapa item pakaian yang tak asing bagiku. Dan ternyata itu
celana dan jubah coklayt yang ku pakai dan penuh darah tadi. Aku sangat malu
dan merasa tak enak dengan ustadzku yang rela mencuci dan menjemur pakaianku. Pernah
ku dengar dalam sebuah perkataan seseorang (aku lupa) sangatlah tidak
diperbolehkan seorang pria mengetahui jika seorang wanita sedang haid, tapi apa
yang terjadi terjadilah. Dan kejadian itu masih membekasa dalam pikiran dan
menjadi kejadian memalukan yang pernah ku alami. Terima kasih ustadz sejak
kejadian itu aku memahami apa itu haid, dan tanda bahwa aku sudah mulai
beranjak dewasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar